Abu Umamah, Sahabat Nabi yang Gemar Sedekah

Profil Singkat Abu Umamah

Abu Umamah Al-Bahili, nama yang lebih populer daripada nama aslinya, Shudai bin Ajlan. Beliau berasal dari suku Bahilah, sebuah suku yang dikenal di Arab masa itu.

Sebagai salah satu Sahabat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Umamah termasuk dalam golongan sahabat yang meriwayatkan banyak hadits dari Rasulullah.

Beliau wafat pada tahun 81 atau 86 Hijriyah, meninggalkan warisan ilmu yang berharga bagi umat Islam.

Kisah Inspiratif Abu Umamah

Abu Umamah dikenal sebagai sahabat Nabi yang dermawan dan gemar melakukan sedekah.

“Dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir berkata, “Maula perempuan Abu Umamah menceritakan kepadaku, Abu Umamah adalah orang yang suka bersedekah dan senang mengumpulkan sesuatu untuk disedekahkan. Abu Umamah tidak pernah menolak siapapun yang meminta sesuatu kepadanya. Sekalipun ia hanya bisa memberi sesiung bawang merah atau sesuap makanan atau sebutir kurma.

Suatu hari datang seorang peminta-minta, Abu Umamah tidak memiliki apapun selain uang tiga dinar. Orang itu tetap meminta juga, kemudian Abu Umamah memberikannya satu dinar. Kemudian datang lagi orang lain meminta, Abu Umamah memberikannya satu dinar. Datang lagi satu orang, Abu Umamah memberinya satu dinar juga.

Sudah barang tentu aku marah. Kemudian aku berkata, ‘Wahai Abu Umamah, engkau tidak menyisakan untuk kami suatu pun!’ Kemudian Abu Umamah berbaring untuk tidur siang. Ketika adzan Ashar dikumandangkan aku membangunkannya. Lalu ia berangkat ke masjid. Setelah itu aku bercakap-cakap dengan dia kemudian aku meninggalkannya untuk mempersiapkan makan malam dan memasang pelana kudanya.

Ketika aku masuk kamar untuk merapikan tempat tidurnya, tiba-tiba aku menemukan mata uang emas dan setelah aku hitung berjumlah 300 dinar. Aku berkata dalam hatiku, ‘Tidak mungkin dia melakukan seperti apa yang dia perbuat kecuali sangat percaya dengan apa yang akan menjadi penggantinya. Setelah Isya’ dia masuk rumah. Dan ketika melihat makanan yang telah tersedia dan pelana kuda telah terpasang ia tersenyum lalu berkata, ‘Inilah kebaikan yang diberikan dari sisi-Nya.’

Aku berada di hadapannya sampai ia makan malam. Ketika itu aku berkata, ‘Semoga Allah senantiasa mengasihimu dengan infak yang engkau berikan itu sebenarnya engkau telah menyisihkan simpanan, tetapi mengapa engkau tidak memberitahu aku, sehingga aku dapat mengambilnya.’

Abu Umamah bertanya, ‘Simpanan yang mana? Aku tidak menyimpan apapun!’

Kemudian aku angkat kasurnya, tatkala Abu Umamah melihat dinar itu ia bergembira dan sangat heran. Serta merta aku potong tali ikatku, sebuah tali yang menandakan aku seorang Majusi atau Nasrani, dan aku masuk Islam.” Ibnu Jarir berkata, “Aku melihat wanita itu (bekas budak) menjadi guru kaum wanita di masjid Himsha yang mengajarkan Al Quran, sunnah dan ilmu faraidh.”

Hikmah dari Kisah Abu Umamah

Hikmah yang dapat diambil dari kisah Abu Umamah adalah bahwa sedekah tidak memandang besarnya nilai dari apa yang diberikan, tapi keikhlasan dan kemurnian hatilah yang menjadi kuncinya.

Seperti Sahabat Nabi Abu Umamah memberikan apa pun yang ia bisa, bahkan bila itu hanya sebutir kurma, menunjukkan bahwa niat baik dan kerelaan berbagi lebih penting daripada jumlah pemberian itu sendiri.

Ini mengajarkan bahwa dalam berinfak atau bersedekah, tidak ada yang namanya terlalu kecil atau tidak berdampak. Semua kebaikan bernilai di hadapan Allah.

Mari dapatkan lebih banyak kebaikan sedekah dengan bersedekah bersama yadami.id

Referensi :

Asnawi, A. (2019). Hikayat Sahabat Nabi. Desa Pustaka Indonesia.

Scroll to Top